KOMPAS.com – Menyetop kebiasan merokok penting dilakukan oleh orang yang didiagnosis kanker, terutama kanker paru-paru.
Perlu diketahui, kebiasaan merokok dapat memperparah kondisi pasien kanker dan menghambat proses perawatan, terutama kemoterapi atau radiasi.
Sayangnya, sebagian besar pasien kanker masih sulit menghentikan kebiasaan merokok. Selain kecanduan nikotin, mereka seringkali kurang termotivasi untuk berhenti lebih awal sebelum penyakitnya menjadi parah.
Faktor usia, depresi, rasa sakit, kecemasan, serta efek samping pengobatan kanker juga membuat para perokok sulit meninggalkan kebiasaan buruknya itu.
Meski begitu, perlu diingat bahwa tidak ada kata terlambat untuk berhenti dari kebiasaan merokok.
Berikut 5 alasan mengapa pasien kanker harus terbebas dari rokok yang mungkin bisa memotivasi Anda untuk berhenti merokok.
1. Meningkatkan harapan dan kualitas hidup
Merokok tembakau menyebabkan sekitar 30 persen kematian akibat kanker dan 90 persen kematian akibat kanker paru-paru.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Oncology melaporkan, pada 250 orang dengan kanker paru-paru stadium lanjut yang berhenti merokok memiliki waktu hidup 10 bulan lebih lama dibanding yang masih merokok.
Pasien kanker paru stadium lanjut yang berhenti merokok punya kelangsungan hidup rata-rata 28 bulan, sementara mereka yang tidak berhenti merokok hanya memiliki kemungkinan hidup selama 18 bulan.
Artinya, pasien kanker paru stadium lanjut memiliki harapan hidup 28 bulan atau lebih jika terbebas dari rokok.
2. Mengurangi Risiko Kematian
Berhenti merokok tidak hanya dapat meningkatkan waktu bertahan hidup pada penderita kanker tetapi juga menurunkan risiko kematian dari semua penyebab lainnya (termasuk kolesterol tinggi, penyakit kardiovaskular, atau komplikasi lain).
Sebuah studi tahun 2014 di Journal of Breast Cancer Research juga menyimpulkan, kecanduan rokok juga meningkatkan risiko kematian pada wanita dengan kanker payudara dari 32 persen menjadi 56 persen.
3. Cegah risiko komplikasi bedah atau operasi
Dilansir dari Verywell Health, penelitian yang dipublikasikan JAMA Surgery pada 2013, menunjukkan mantan perokok mengalami komplikasi parah yang berpotensi mengancam jiwa setelah operasi, meliputi:
- Komplikasi arteri (seperti serangan jantung dan stroke)
- Masalah vena (termasuk trombosis vena dalam dan emboli paru)
- Penyakit pernapasan (terutama pneumonia).
Tak heran, risikonya dapat meningkat pada pasien kanker yang masih merokok.
Karena itu, berhenti merokok satu tahun sebelum operasi bedah menghilangkan risiko kematian setelah operasi, sekaligus mencegah komplikasi mematikan.
4. Mendukung terapi radiasi
Terapi radiasi yang digunakan dalam pengobatan kanker kemungkinan tidak berjalan efektif pada pasien yang merokok.
Salah satu alasannya adalah jaringan beroksigen diperlukan untuk mendukung terapi radiasi. Oksigen menghasilkan molekul, yang disebut radikal bebas untuk membunuh sel kanker.
Diketahui, merokok mengakibatkan penyempitan pembuluh darah, mengurangi jumlah oksigen. Ketika kadar oksigen rendah, dampak terapi radiasi berkurang.
Merokok juga dapat memperparah efek samping radiasi, termasuk:
- mucositis (radang jaringan mukosa)
- xerostomia (mulut kering)
- xerosis (kulit kering)
- ageusia (mati rasa)
- pneumonitias
- kerusakan tulang dan jaringan lunak
- meningkatkan risiko kematian dini pada orang menjalani radiasi dada dosis tinggi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
#Alasan #Berhenti #Merokok #Setelah #Didiagnosis #Kanker
Klik disini untuk lihat artikel asli